Pernahkah anda bayangkan, makanan-makanan yang anda nikmati di resto-resto multinasional itu dirancang untuk membuat anda kecanduan? Ada apa?
Mungkin anda bertanya kenapa bisa muncul prasangka seperti itu? Jawaban yang paling mungkin adalah bahwa resto-resto itu harus terus berkembang dan menjadi besar. Dan itu hanya bisa terjadi bila para konsumen setia untuk tetap datang ke resto secara teratur. Agar itu terjadi makanan fast food yang jadi unggulan harus dibuat sedemikian rupa agar para konsumen kecanduan. Tapi sayangnya ini seringkali harus dibayar dengan kesehatan para konsumen.
Mungkin anda bertanya kenapa bisa muncul prasangka seperti itu? Jawaban yang paling mungkin adalah bahwa resto-resto itu harus terus berkembang dan menjadi besar. Dan itu hanya bisa terjadi bila para konsumen setia untuk tetap datang ke resto secara teratur. Agar itu terjadi makanan fast food yang jadi unggulan harus dibuat sedemikian rupa agar para konsumen kecanduan. Tapi sayangnya ini seringkali harus dibayar dengan kesehatan para konsumen.
Dalam bukunya, The End of Overeating, Dr. Kessler mengungkapkan dugaan seperti itu. Pengacara yang juga berprofesi sebagai dokter anak dan komisaris dari American Food and Drug Administration itu menunjukkan kontradiksi besar-besaran tentang makanan yang ada di Amerika (dan negara-negara Barat lainnya). Dia tertarik pada bagaimana industri makanan memanipulasi makanan, dan bagaimana mereka telah secara khusus mengubah makanan modern untuk membuat para konsumennya benar-benar kecanduan.
Tubuh manusia telah berevolusi untuk makan ketika lapar - dan untuk berhenti ketika sudah kenyang. Namun tujuan dari industri makanan Amerika adalah sebaliknya. Mereka memproduksi makanan yang merangsang nafsu makan Anda, sehingga Anda makan lebih dari yang seharusnya - dan membuat anda menjadi lebih cepat lapar.
Industri makanan melakukan hal ini, dengan merekayasa otak manusia untuk membuatnya kecanduan produk yang mereka jual. Yang dimaksud 'industri makanan' di sini bukanlah tukang kebun pasar lokal, pemasok makanan lokal atau petani anggota koperasi makanan lokal. Yang dimaksud di sini adalah perusahaan multinasional bernilai miliaran dollar, yang menjual makanan olahan yang jauh dari sifat asli makanan itu sendiri. Produk mereka sering disebut fast food.
Selama evolusi jutaan tahun, makanan sulit didapat. Gula, lemak dan garam semuanya langka dan berharga. Tapi kini semuanya bisa didapat dengan mudah. Dan otak kita terprogram untuk menikmati bahan-bahan makanan itu karena telah menjadi teman manusia modern. Pada awal 1980-an, industri makanan Amerika menyadari untuk benar-benar bisa memanfaatkan fenomena ini dan mengkomersialkannya.
Industri makanan mulai merancang produk yang mengkombinasikan gula, lemak dan garam untuk memanjakan lidah. Efek muncul dalam dua cara yang berbeda.
Pertama, penjualan produk yang diproses naik pesat, dan begitu pula keuntungan.
Efek kedua adalah mewabahnya obesitas. Ini pertama kali diakui oleh Dr Katherine Flegal, seorang ilmuwan peneliti senior di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Dia menganalisis kumpulan data yang besar yang diperoleh dari survei Pemerintah Federal AS tentang kesehatan dan gizi warga Amerika. Dia menemukan perubahan yang tidak biasa dari pola perubahan berat badan pada abad sebelumnya. Sebelumnya, pola nya adalah bahwa orang dewasa Amerika akan mengalami kenaikan berat badan beberapa kilogram pada usia antara 20 dan 40 tahun, dan kemudian mengalami penurunan berat badan ketika berusia 60-an dan 70-an. Tapi sekarang konfigurasi sangat berbeda: tiba-tiba terjadi lonjakan orang yang mengalami kelebihan berat badan. Dr Flegel menemukan bahwa sekitar 20 juta orang Amerika, atau 8 persen dari populasi, memiliki masalah obesitas.
Tapi bagaimana industri makanan terlibat dalam hal ini? Dr Kessler menyadari bahwa sebagian besar penduduk Amerika sekarang sedang berjuang terus untuk mengendalikan keinginan untuk makan berlebihan. The Journal of Clinical Investigation menulis bahwa: "Kessler mendalilkan bahwa setelah terkena rangsangan berlebihan untuk makan, beberapa individu mengembangkan apa yang dikenal sebagai nafsu makan yang dikondisikan". Nafsu makan berlebihan terdengar buruk, dan nafsu makan berlebihan yang dikondisikan terdengar bahkan lebih buruk. Amerika telah beralih dari makan karena mereka lapar, kemudian menjadi nafsu makan berlebihan secara permanen.
Industri makanan cepat belajar bahwa manufaktur produk yang "super enak" (ada ahli yang ragu-ragu menyebut itu "makanan" lagi) adalah proses dua tahap sederhana. Pertama, Anda memasukkan lemak, gula dan garam dalam setiap produk makanan yang anda buat. Kedua, Anda dapat menambahkan lemak, gula dan garam ke dalam bahan inti, atau Anda menempatkannya pada lapisan atas atau di bawah, atau keduanya.
Sebagai contoh, mari kita asumsikan bahwa bahan intinya adalah potongan ayam. Pabrik ayam goreng memasukkan lemak ke dalam daging ayam lewat penggorengan. Mereka laku membekukannya untuk transportasi. Restoran kemudian menggoreng ayam itu lagi, sehingga meningkatkan jumlah lemak. Andapun kemudian mendapatkan lemak di atas lemak. Kemudian Anda menyantap ayam dengan saus manis dan asin - dengan membubuhkannya di atasnya.
Jadi potongan ayam itu telah dibubuhi dan dilapisi dengan gula garam pada lemak di atas lemak. Jika ayam Anda adalah diibaratkan pistol, itu akan siap dikunci dan dikokang lagi. Ini berarti akan membunuh Anda secara pelahan-lahan.
Ambil contoh kentang sebagai bahan inti. Ini adalah karbohidrat, yang merupakan kumpulan gula. Potong menjadi keripik, dan goreng dengan menenggelamkannya dalam minyak. Maka lemak itu pun masuk dalam gorengan kentang. Semakin tipis anda memotong kentang, semakin luas permukaan yang terpapar lemak. Lapisi dengan keju, taburi banyak garam di atasnya dan nikmati. Dengan demikian anda akan memiliki garam pada lemak di atas lemak yang bercampur dengan gula. Keju chip yummy - yang baik bagi produsen, tetapi buruk bagi Anda.
Sebagian besar produk super-enak kebanyakan tidak menghasilkan rasa kenyang. Anda menjadi ingin terus makan, dan tidak kunjung kenyang sampai Anda menjadi kegemukan. Tidak heran produsen suka dengan makanan-makanan olahan itu.
Di Indonesiapun makanan-makanan olahan terus merangsang nafsu makan konsumen melalui paduan penggunaan lemak, gula dan garam. Makanan dan minuman kemasan semakin bervariasi dan berlomba-lomba memanjakan lidah anak-anak hingga dewasa. Makanan-makanan itu akan membuat orang terus lapar dan makan hingga akan terjadi ledakan obesitas dan tentu saja penyakit.
0 komentar:
Posting Komentar