Di masyarakat kita makanan gorengan sudah lama menjadi
favorit. Tapi tahukan anda bila manyantap makanan gorengan yang terlalu banyak,
bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Apalagi ketika minyak gorengnya dicampur bahan-bahan berbahaya seperti lilin, plastik, oli, seperti sering ditemukan belakangan ini.
Apalagi ketika minyak gorengnya dicampur bahan-bahan berbahaya seperti lilin, plastik, oli, seperti sering ditemukan belakangan ini.
Dampak dari mengonsumsi gorengan terlalu sering adalah sebagai berikut:
1. Minyak jelantah memiliki ikatan asam lemak jenuh.
Selama proses menggoreng, minyak akan mengalami perubahan
komposisi asam lemak serta kualitas minyak. Ikatan asam lemak ini sulit diurai
oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Perlahan lemak ini akan mengendap
pada pembuluh darah di jantung dan menyumbat aliran darah. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan
trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.
Penyumbatan pembuluh darah koroner dapat menyebabkan penyakit jantung, arterosklerosis
(penyumbatan pembuluh darah), stroke, diabetes, dan memicu pertumbuhan sel
kanker. Awal pertumbuhan sel kanker dipicu oleh asam lemak minyak jenuh yang
mengganggu susunan protein DNA dalam tubuh sehingga mengalami mutasi sel.
Mutasi sel ini yang akan menumbuhkan sel kanker yang akan berkembang 5-10
tahun. Tepung dari gorengan berpengaruh pada meningkatnya kadar gula darah yang
mengakibatkan diabetes.
Studi-studi dari laboratorium riset telah membawa kepada
kesimpulan berikut:
- Kanker yang disebabkan virus dapat diinduksi oleh lemak
yang berlebihan.
- Kanker yang disebabkan oleh zat kimia dapat diinduksi oleh
lemak yang berlebihan.
- Tumor-tumor yang ditransplantasikan kepada hewan dapat
diinduksi oleh lemak yang berlebihan.
2. Minyak dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan
trigliserida
Efeknya tidak baik untuk kerja hati dan jantung. Kerja kedua
organ ini menjadi lebih berat karena terhambat oleh kolesterol dan trigliserida
yang membuat darah menjadi lebih kental.
3. Bahaya kertas pembungkus
Kertas pembungkus gorengan di satu sisi dapat menyerap
minyak pada gorengan, tapi di sisi lain berdampak buruk bagi kesehatan. Tinta
pada kertas terserap oleh gorengan. Tinta (kertas koran/print-an) mengandung
timbal yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Pengonsumsian makanan yang
mengandung timbal oleh ibu hamil akan mengakibatkan anaknya memiliki risiko
terkena autis.
4. Bahaya dari bungkus plastik
Plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida
(PVC) dan kemasan makanan ‘styrofoam’ berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa
membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas
bila berkontak dengan minyak panas atau makanan yang
berminyak/berlemak/mengandung alkohol dalam keadaan panas. Meskipun bila
residunya kecil tidak menimbulkan bahaya, jika ditimbun terus-menerus, senyawa
tersebut dapat memicu berbagai penyakit.
5. Bahaya dari penyedap/MSG (monosodium glutamate).
Biasanya makanan gorengan ditambah penyedap atau MSG bila
dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan berdampak buruk bagi kesehatan. MSG
memiliki efek buruk terhadap susunan saraf pusat, efek alergi, atau pusing
setelah pengonsumsian (post-restaurant syndrome).
Percaya atau tidak, bila kita mengurangi makanan gorengan
maka cahaya mata menjadi putih kebiruan (mata jernih). Jika masih mengkonsumsi
makanan digoreng, cahaya mata agak kekuningan. Hal tersebut menandakan organ
hati sedang menanggulangi banjir minyak dan racun dari gorengan. Jika lapar,
ada baiknya Anda memilih makanan cemilan lain sebagai pengganti gorengan,
misalnya buah-buahan atau kacang.
Pemakaian Minyak Berkali-Kali
Meskipun tidak dicampur lilin ataupun plastik, minyak goreng
bisa berbahaya bagi kesehatan bila dipakai berkali-kali. Berikut ini
tanda-tanda minyak goreng yang masih layak dipakai dan tidak:
1. Perhatikan minyaknya! Kualitas minyak dilihat dari
kejernihan dan baunya. Minyak, apa pun warnanya, jika jernih dan tidak tengik
biasanya berarti bagus. Menurut Direktur South East Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center yang juga Ketua Masyarakat
Perkelapasawitan Indonesia, Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi M.Sc, ada kerancuan
pada masyarakat dalam memilih minyak goreng. Masyarakat cenderung memilih
berwarna bening kekuningan, padahal yang lebih baik adalah minyak goreng dari
kelapa sawit yang berwarna merah. Minyak tersebut mengandung betakarotin yang
merupakan provitamin A. Warna kekuningan muncul dari minyak yang telah
mengalami beberapa penyaringan sehingga banyak vitamin A yang hilang. Sebagai
pengganti, banyak produsen menambahkan vitamin A dalam proses yang terkait.
Proses penyaringan beberapa kali menentukan harga minyak. Makin banyak
disaring, makin mahal harga minyak tersebut.
2. Coba amati ketika penjual gorengan sedang menggoreng
dagangannya! Jika terlihat minyak mengeluarkan busa yang terlalu banyak,
dicurigai bahwa minyak tersebut telah rusak dan kurang layak dipakai. Demi
kesehatan, pemakaian minyak goreng diharapkan tidak lebih dari empat kali
periode penggorengan. Jika warna minyak sudah terlihat kehitaman, menjadi
kental dan timbul banyak buih ketika dipanaskan kembali sebaiknya minyak
tersebut tidak digunakan kembali.
Dicampur Plastik dan Lilin
Sekarang ini ada sejumlah pedagang makanan gorengan nakal
yang menggunakan lilin dan plastik sebagai campuran minyak yang digunakan untuk
menggoreng. Tujuannya selain menghemat pemakaian minyak juga untuk mendapatkan
hasil gorengan yang renyah dan tahan lama.
Tentu makanan yang digoreng pakai campuran plastik dan lilin
ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena itu ada baiknya kita bersikap
selektif dalam memilih makanan atau jajanan gorengan yang banyak dijual di
pinggir jalan maupun warung-warung.
Berikut ini cara mengenali gorengan yang menggunakan
campuran plastik dan lilin:
•Untuk gorengan berplastik, biasanya lebih keras dari
normalnya, terdapat noda putih. Mungkin kita perlu lebih berhati-hati dan lebih
teliti karena tidak semua penjual gorengan melakukan perbuatan kreatif yang
membahayakan itu.
Minyak Goreng Oplosan
Yang tak kalah bahayanya adalah minyak goreng oplosan.
Minyak oplosan ini adalah minyak jelantah yang dicampur dengan oli bekas
kendaraan bermotor. Minyak jelantah dan oli bekas dipanaskan di wadah yang
berbeda hingga terbentuk lapisan cairan bening dan endapan yang terpisah satu
sama lain, kemudian dilakukan penyaringan bagi masing-masing lapisan. Lalu
dicampurkan ke dalamnya tepung terigu dan mentega tanpa takaran hingga dihasilkan
warna yang mendekati minyak goreng murni. Oli bekas yang sudah disaring
kemudian ditambahkan ke dalam minyak goreng dengan tujuan meningkatkan volume
minyak goreng. Terkadang juga dilakukan penambahan hidrogen peroksida.
Modal yang diperlukan sekitar Rp 6000 per liter dan dijual
kembali mendekati harga normalnya yaitu Rp 10.000 – 11.000 per liter. Minyak
ini dapat dijual dalam kemasan plastik per kilo maupun per jerigen. Dapat
diperkirakan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan minyak goreng berbahaya
tersebut. Di lain sisi dapat diperkirakan pula besarnya masalah kesehatan yang
ditimbulkan akibat banyaknya masyarakat yang tertipu karena tidak bisa
membedakan minyak goreng murni dan minyak goreng berbahaya. Ciri-ciri minyak
goreng oplosan adalah berbau tengik, berwarna lebih gelap dari minyak goreng
asli, terdapat endapan di dasar minyak (berasal dari tepung terigu), serta
timbul buih dan berasap saat dipanaskan. Keanehan di atas tidak ditemukan pada
minyak goreng asli yang sehat.
Sumber:
health.dir.groups. yahoo.com
chem.itb.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar